TUJUH MERIAM ASLI BERJEJER RAPI DI SABANG FAIR

Meski sedikit bombastis menuliskan kata-kata Asli pada Meriam yang ada di Sabang Fair, namun ini sebenarnya tidak pura-pura karena meriam-meriam tersebut adalah meriam asli peninggalan peninggalan BELANDA (trims atas koreksinya Adinda Albina), yang pada mulanya tersebar di beberapa tempat di Pulau Sabang yang kemudian dipindahkan ke lokasi Sabang Fair agar kita bisa memudah melihatnya dan tentunya agar mudah pula perawatannya. Salah Satu meriam yang sempat saya abadikan dalam foto jepretan kamera hape berikut ini :
Meriam Peninggalan Perang di Kota Sabang

Kalau kita buka situs wikipedia, Meriam punya sejarah panjang. Meriam atau kanon (atau "Lela" dalam Bahasa Melayu) adalah sejenis artileri, yang umumnya berukuran besar dan berbentuk tabung, yang menggunakan bubuk mesiu atau bahan pendorong lainnya untuk menembakkan proyektil. Meriam memiliki bermacam-macam ukuran kaliber, jangkauan, sudut tembak, dan daya tembak. Lebih dari satu jenis meriam umumnya digunakan dalam medan pertempuran.

Meriam pertama kali digunakan di Tiongkok, sebagai artileri mesiu paling tua, yang menggantikan persenjataan seperti mesin serbu. Meriam genggam pertama kali muncul pada pertempuran Ain Jalut, antara Mesir dengan Mongol di Timur Tengah. Penggunaan pertama meriam di Eropa diperkirakan terjadi di Iberia, pada saat Reconquista antara Kristen dengan Islam pada abad ke-13. Di Inggris, meriam pertama kali digunakan dalam Perang Seratus Tahun, pada pertempuran Crecy tahun 1346. Pada Abad Pertengahan inilah meriam menjadi senjata standar perang, yang efektif terhadap infanteri dan bangunan. Setelah masa Abad Pertengahan, meriam-meriam berukuran besar mulai ditinggalkan, digantikan dengan meriam ringan yang lebih banyak dan mudah digerakkan. Selain itu, teknologi dan taktik-taktik baru juga dikembangkan, dan membuat benteng-benteng pertahanan menjadi tidak berguna. Akibatnya, dikembangkan juga teknologi benteng bintang, yang khusus dibuat untuk menahan serangan dari meriam.

Teknologi meriam juga mengubah peperangan laut. Angkatan Laut Britania Raya pada masa itu termasuk pihak yang mulai menggunakan kekuatan meriam. Dengan kembangkannya laras melingkar, tingkat keakuratan meriam menjadi semakin tinggi, membuatnya semakin mematikan, khususnya terhadap infanteri. Pada Perang Dunia I, mayoritas kematian disebabkan oleh meriam. Meriam juga banyak digunakan pada Perang Dunia II.

Ingin tau lebih panjang legi ceritanya lanjutnya ke id.wikipedia.org/wiki/Meriam

2 Komentar untuk "TUJUH MERIAM ASLI BERJEJER RAPI DI SABANG FAIR"

  1. Anonim7/10/2013

    Data tulisan tentang meriam sabang fair ini mohon diluruskan dari kekeliruan... itu bukan meriam portugis sebagaimana yang tertulis pada batu prasasti yang ada disamping meriam tersebut, semua itu meriam milik belanda yang ada dikota sabang, buatan paprik Cropp jerman, butana tahun 1880an akhir, liat aja di beberapa meriam itu ada tahunnya... portugis di aceh hanya sebentar, itu pun sekitar tahun 1511 (saat meletus perang malaka) dan mereka tidak ke banda aceh apalagi ke sabang, kalo pun cuma numpang lewat seperti yang terdapat dalam catatan tom pires, dll nah itu pun tahun abad ke 17an (1610an).. meriam itu mulanya terdapat di benteng2 yang ada dikota sabang, diantaranya benteng meteo ata batere c yang ada di cotbak u (belekang masjid cot bak u jalan ke bak air PDAM), kemudian juga meriam itu diambil di benteng cot batre krueng raya,.. total ada 7 buah... kesemua meriam itu oleh bapak kolonel semi joni (danlanal ) pada masa itu beliau kumpulkan dan diletakkan di ujung asam.. trims

    from grup ANAK SABANG : https://www.facebook.com/groups/anak.sabang/permalink/10151727313780435/

    BalasHapus
  2. Anonim7/10/2013

    Komentar diatas dari Albina Arahman (Direktur Sabang Heritage Society)

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel